Ini 8 Tips Esensial untuk Pengembangan Bisnis Anda
Build Your Business
Ini 8 Tips Esensial untuk Pengembangan Bisnis Anda

Ini 8 Tips Esensial untuk Pengembangan Bisnis Anda
Ada banyak kesimpang-siuran yang melingkupi sebuah jabatan “Business Development”. Apakah posisi tersebut sedemikian dibutuhkannya dalam perusahaan? Apa saja lingkup pekerjaannya? Seperti apa kriteria calon karyawan yang cocok menduduki kursinya? Bagaimana menilai efektivitas kerjanya?
Meskipun titel pekerjaannya adalah Business Development, yang bila diterjemahkan berarti Pengembangan Bisnis, namun sebenarnya cakupan pekerjaan orang yang akan menduduki posisi ini lebih dari sekedar mencari celah untuk mengembangkan bisnis. Mereka harus cerdas membaca tren, pintar menganalisa situasi, dan mampu mengambil keputusan keputusan yang tepat, yang akan mendatangkan lebih banyak keuntungan bagi perusahaan. Peran strategis inilah yang pada akhirnya membuat para CEO dan pemilik usaha was-was, dan memilih bertanya kepada konsultan SDM, “Apabila kami ingin mempekerjakan seorang Business Developer, orang dengan kapabilitas seperti apa yang akan Anda rekomendasikan?”
Biasanya, posisi Business Development sendiri hanya akan ditemui di perusahaan-perusahaan besar, sementara perusahaan-perusahaan skala kecil hingga menengah memilih menyisipkan peran kerja pengembangan bisnis itu di antara deskripsi pekerjaan beberapa posisi manajerial lainnya. Inilah yang terkadang menyulitkan para pebisnis untuk menentukan siapa orang yang paling tepat untuk dipekerjakan, apa saja yang harus dikerjakannya nanti, dan bagaimana perusahaan dapat memonitor sepak terjang dan efektivitas pekerjaannya.
Jika Anda pemilik usaha startup yang sedang mencari posisi Business Development untuk mengembangkan bisnis online atau offline Anda, maka artikel berikut ini layak disimak, karena akan membahas tuntas mengenai kunci sukses pengembangan bisnis untuk perusahaan pemula, termasuk cara-cara untuk menghindari kejadian-kejadian yang melibatkan Business Development (BizDev) yang seringkali membuat frustasi.
"Bukan Seberapa Bagus Kapal, Tapi Seberapa Keras Mental Awaknya"
Coach Doddy Eka Putra

1. Pekerjakan orang yang tepat di saat yang tepat
Apakah seorang business developer yang memiliki pengetahuan mendalam terhadap bidang usaha Anda, dan jaringan kemitraan yang luas dan siap untuk menelurkan “deal” dengan Anda selalu yang terbaik? Belum tentu. Sebaliknya, mereka bisa saja menjadi malapetaka jika dipekerjakan pada siklus hidup perusahaan yang terlalu dini. Untuk Anda ketahui, ada tiga tahapan proses komersialisasi – dan belum tentu semua orang cocok menempati posisi Biz Dev pada masing-masing tahapan itu.

2. Pengembangan bisnis tidak selalu mengenai sales
Secara umum, Biz Dev akan mengidentifikasi dan membangun kemitraan yang menambah nilai jual perusahaan, untuk akhirnya menarik pemasukan, distribusi, ataupun meningkatkan nilai yang dikandung produk atau jasa yang dipasarkan itu sendiri. Hal ini jelas berbeda dengan Sales, yang hampir selalu terfokus pada cara-cara untuk mendatangkan pemasukan yang lebih banyak bagi perusahaan. Perbedaan serupa akan terlihat saat Anda mencoba memutuskan untuk mempekerjakan sales leader pada tahap awal pembentukan perusahaan, atau saat perusahaan sudah berada pada tahap yang lebih dewasa.

3. Manajemen pasca-kesepakatan sangatlah penting
Semua kesepakatan yang sukses berangkat dari kredibilitas dan pro-aktivitas manajemen – yang pada hal ini diwakili oleh tim Biz Dev dan Account Management. Pada kebanyakan kasus, si account manager bukanlah orang yang sama dengan orang Biz Dev yang pada awalnya meng-goal-kan kesepakatan. Idealnya, account manager akan menawarkan kompensasi dan insentif yang beragam terkait dengan pemenuhan gol yang ditetapkan bersama oleh kedua belah pihak. Jika Anda belum merasa siap untuk mengalokasikan satu orang tambahan lagi untuk menyokong kesepakatan dengan pihak ketiga, maka sebaiknya pikir dua kali sebelum menerima kesepakatan tersebut.

4. Kualitatif vs kuantitatif
Perusahaan terkadang mencoba untuk membangun bisnisnya murni hanya dengan mengandalkan proposisi kualitatif semata, yang mana sangatlah sulit dan memiliki risiko kegagalan yang lebih besar. Pasar biasanya kurang tergoda hanya dengan iming-iming pengalaman bertransaksi yang lebih baik, atau konektivitas yang lebih meningkat, bahkan jika mereka sebenarnya menyukai produk tersebut, dan menganggapnya berguna. Nilai kuantitatif, misalnya memperkecil biaya, mendatangkan lebih banyak pemasukan, menarik lebih banyak konsumen baru, dan sebagainya, akan meningkatkan kemungkinan sukses secara drastis. Salah satu cara mudah untuk selalu mengingat teori ini adalah dengan mengingat analogi alat pacu jantung vs alat bantu dengar. Jika Anda hanya bisa memiliki salah satu, yang manakah yang akan Anda pilih? Tak perlu saya berikan jawabannya lagi, kan?

5. Dukungan untuk pengembangan bisnis sangat dibutuhkan
Seorang business developer yang baik akan menyatukan sumber daya internal dengan cara sedemikian, untuk memastikan perusahaan dapat mencapai tujuan, dan harapan untuk sebuah kemitraan yang baik. Ketiadaan dukungan hampir dapat dipastikan akan mengarah pada keadaan saling menyalahkan, dan menuduh satu sama lain saat hal-hal yang tidak diharapkan mulai terjadi. Ingatlah bahwa, suka maupun duka, semua pihak yang terlibat haruslah merasakan keduanya.

6. Menciptakan kerangka berpikir untuk menilai kesempatan yang ada
Agar dapat memperoleh dukungan dari tim Anda, semua orang harus sudah paham mengapa kesepakatan tersebut sangat dibutuhkan oleh perusahaan Anda. Apakah hal itu akan menambah penghasilan, mendatangkan pelanggan-pelanggan baru, memungkinkan perusahaan merambahi pasar yang baru, atau menaikkan citra perusahaan secara vertikal? Tujuan tersebut biasanya dirangkumkan dalam sebuah bisnis plan. Ketika tujuan telah ditetapkan dengan jelas, terukur dan sesuai dengan mindset setiap orang dalam tim, maka akan lebih mudah untuk mencapainya.

7. Menjalin kesepakatan dengan cermat
Ada perbedaan yang signifikan antara menjalin kerjasama dengan menjalin kerjasama yang tepat. Seorang penjalin kerjasama yang baik akan dapat membantu mengendus sinyal yang keliru, ketika ada momentum pasar dan pemasukan dengan nilai tertentu yang seolah menyamarkan besarnya kesempatan yang bersembunyi di baliknya. Sebaliknya, penjalin kerjasama yang kurang berpengalaman, atau mereka yang menawarkan pilihan-pilihan keliru dapat menghasilkan momentum yang sedang- sedang saja, yang pada akhirnya mengalihkan perusahaan dari kesempatan yang lebih baik. Sudah banyak contoh perusahaan yang terpaksa menelan pil pahit hanya karena keputusan-keputusan kerjasama yang kurang bijak, yang pada akhirnya mereka sesali. Pada tahap inilah, Anda perlu mengembangkan tingkat pemahaman dan keyakinan dengan tim pengembangan bisnis Anda.

8. Tidak ada isu legal
Sebuah perjanjian legal mengabsahkan perjanjian kerjasama bisnis, dan termasuk di dalamnya terminologi-terminologi komersil, serta pengaturan apa yang harus dilakukan ketika perjanjian kerjasama tidak berlangsung sebagaimana yang direncanakan. Hal ini mengharuskan tim pengembangan bisnis dan konsultan legal untuk duduk bersama dan mengkalkulasi kesempatan bisnis dibandingkan dengan risiko yang akan dihadapi, dan menjelaskan kesimpulan yang akhirnya didapat kepada tim manajemen.
Sebuah perjanjian legal mengabsahkan perjanjian kerjasama bisnis, dan termasuk di dalamnya terminologi-terminologi komersil, serta pengaturan apa yang harus dilakukan ketika perjanjian kerjasama tidak berlangsung sebagaimana yang direncanakan. Hal ini mengharuskan tim pengembangan bisnis dan konsultan legal untuk duduk bersama dan mengkalkulasi kesempatan bisnis dibandingkan dengan risiko yang akan dihadapi, dan menjelaskan kesimpulan yang akhirnya didapat kepada tim manajemen.